| dbo:abstract
|
- Post-Positivismus ist eine Theorie im Bereich der politikwissenschaftlichen Betrachtung von internationalen Beziehungen, die epistemologisch (erkenntnistheoretisch) den Positivismus in Frage stellt. Der Post-Positivismus negiert die Grundannahme, dass die in Naturwissenschaften praktizierte empirische Beobachtung auch auf Sozialwissenschaften angewandt werden könne. Post-positivistische Ansätze entstanden vermehrt in den 1990er Jahren, vor allem im angelsächsischen Raum. Auch der Postmodernismus, die Kritische Theorie, der Neogramscianismus und der Sozialkonstruktivismus werden als post-positivistische Theorien verstanden. (de)
- In international relations theory, post-positivism refers to theories of international relations which epistemologically reject positivism, the idea that the empiricist observation of the natural sciences can be applied to the social sciences. Post-positivist (or reflectivist) theories of IR attempt to integrate a larger variety of security concerns. Supporters argue that if IR is the study of foreign affairs and relations, it ought to include non-state actors as well as the state. Instead of studying solely high politics of the state, IR ought to study world politics of the everyday world—which involves both high and low politics. Thus, issues such as gender (often in terms of feminism which generally holds salient the subordination of women to men—though newer feminisms allow for the reverse too) and ethnicity (such as stateless actors like the Catalans or Rohingya people) can be problematized and made into an international security issue—supplementing (not replacing) the traditional IR concerns of diplomacy and outright war. The post-positivist approach can be described as incredulity towards metanarratives—in IR, this would involve rejecting all-encompassing stories that claim to explain the international system. It argues that neither realism nor liberalism could be the full story. A post-positivist approach to IR does not claim to provide universal answers but seeks to ask questions instead. A key difference is that while positivist theories such as realism and liberalism highlight how power is exercised, post-positivist theories focus on how power is experienced resulting in a focus on both different subject matters and agents. Often, post-positivist theories explicitly promote a normative approach to IR, by considering ethics. This is something which has often been ignored under traditional IR as positivist theories make a distinction between positive facts and normative judgement—whereas post-positivist argue that discourse is constitutive of reality; in other words, that it is impossible to be truly independent and factual as power-free knowledge cannot exist. Postpositivist theories do not attempt to be scientific or a social science. Instead, they attempt in-depth analysis of cases in order to "understand" international political phenomena by asking relevant questions to determine in what ways the status-quo promote certain power relations. In 2009, 21 percent of international relations faculty characterized their scholarship as post-positivist. (en)
- dalam teori hubungan internasional mengacu pada teori-teori yang secara epistemologis menolak positivisme, pemikiran bahwa pengamatan ilmu alam secara empiris dapat diterapkan juga pada ilmu sosial. Teori pascapositivis (atau reflektivis) HI berupaya mengintegrasikan berbagai permasalahan keamanan. Para pendukungnya berpendapat bahwa apabila HI mempelajari hubungan luar negeri, HI perlu menyertakan pelaku non-negara dan negara itu sendiri. Daripada mempelajari sebuah negara, HI juga harus mempelajari politik dunia sehari-hari yang terdiri dari politik tinggi dan . Isu-isu seperti gender (biasanya feminisme) dan etnisitas (misalnya pelaku tanpa negara seperti Kashmir atau Palestina) dapat dipermasalahkan dan dijadikan masalah keamanan internasional, melengkapi (bukan mengganti) permasalahan diplomasi dan perang yang menjadi ciri khas HI. Pendekatan pascapositivis dapat disebut sebagai ketidakpercayaan yang mengarah ke . Dalam HI, ini berarti penolakan terhadap seluruh konsep yang mencoba menjelaskan sistem internasional. Pascapositivis berpendapat bahwa realisme ataupun liberalisme tidak dapat menjelaskan semuanya. Pendekatan HI ini mengaku tidak dapat memberi jawaban universal, tetapi justru ingin menjadi pihak yang melontarkan pertanyaan. Perbedaan utamanya adalah apabila teori positivis seperti realisme dan liberalisme menekankan bagaimana kekuasaan dijalankan, teori pascapositivis justru berfokus pada bagaimana kekuasaan dialami sehingga fokusnya terpusat pada subjek dan agen yang berbeda. Teori pascapositivis kadang mengutamakan pendekatan pada HI dengan melibatkan etika. Hal ini sering diabaikan di HI tradisional karena teori positivis berusaha membedakan fakta positif dan penilaian normatif. Pascapositivis berpendapat bahwa diskursus adalah bagian dari kenyataan. Dengan kata lain, sebuah teori tidak akan bisa independen dan faktual karena pengetahuan yang bebas tidak mungkin ada. Teori pascapositivis tidak ingin terlihat ilmiah atau tampak seperti ilmu sosial. Para teoriwan pascapositivis melakukan analisis mendalam terhadap beberapa kasus untuk "memahami" fenomena politik internasional. Mereka mengajukan pertanyaan yang relevan sehingga dapat menentukan cara status-quo mendorong adanya hubungan kekuasaan. (in)
|
| dbo:wikiPageID
| |
| dbo:wikiPageLength
|
- 3607 (xsd:nonNegativeInteger)
|
| dbo:wikiPageRevisionID
| |
| dbo:wikiPageWikiLink
| |
| dbp:wikiPageUsesTemplate
| |
| dcterms:subject
| |
| rdfs:comment
|
- Post-Positivismus ist eine Theorie im Bereich der politikwissenschaftlichen Betrachtung von internationalen Beziehungen, die epistemologisch (erkenntnistheoretisch) den Positivismus in Frage stellt. Der Post-Positivismus negiert die Grundannahme, dass die in Naturwissenschaften praktizierte empirische Beobachtung auch auf Sozialwissenschaften angewandt werden könne. Post-positivistische Ansätze entstanden vermehrt in den 1990er Jahren, vor allem im angelsächsischen Raum. Auch der Postmodernismus, die Kritische Theorie, der Neogramscianismus und der Sozialkonstruktivismus werden als post-positivistische Theorien verstanden. (de)
- In international relations theory, post-positivism refers to theories of international relations which epistemologically reject positivism, the idea that the empiricist observation of the natural sciences can be applied to the social sciences. (en)
- dalam teori hubungan internasional mengacu pada teori-teori yang secara epistemologis menolak positivisme, pemikiran bahwa pengamatan ilmu alam secara empiris dapat diterapkan juga pada ilmu sosial. Teori pascapositivis (atau reflektivis) HI berupaya mengintegrasikan berbagai permasalahan keamanan. Para pendukungnya berpendapat bahwa apabila HI mempelajari hubungan luar negeri, HI perlu menyertakan pelaku non-negara dan negara itu sendiri. Daripada mempelajari sebuah negara, HI juga harus mempelajari politik dunia sehari-hari yang terdiri dari politik tinggi dan . Isu-isu seperti gender (biasanya feminisme) dan etnisitas (misalnya pelaku tanpa negara seperti Kashmir atau Palestina) dapat dipermasalahkan dan dijadikan masalah keamanan internasional, melengkapi (bukan mengganti) permasalaha (in)
|
| rdfs:label
|
- Post-Positivismus (Internationale Beziehungen) (de)
- Pascapositivisme (hubungan internasional) (in)
- Postpositivism (international relations) (en)
|
| owl:sameAs
| |
| prov:wasDerivedFrom
| |
| foaf:isPrimaryTopicOf
| |
| is dbo:wikiPageDisambiguates
of | |
| is dbo:wikiPageRedirects
of | |
| is dbo:wikiPageWikiLink
of | |
| is foaf:primaryTopic
of | |
