Selamat datang dalam rubrik KRL Wednesday, di mana dalam rubrik ini, selama empat minggu ke depan KAORI akan mengeksplorasi rangkaian-rangkaian KRL unik dengan berbagai faktor-faktor menarik yang mungkin mengena di hatimu. Ha! Kalau karakter dua dimensi imajiner saja bisa dijadikan bahan delusi, mengapa yang barangnya benar-benar ada dan “real” tidak bisa dicintai?
Dalam edisi perdana ini, akan dibahas rangkaian 205-54F yang bisa dikatakan sebagai salah satu rangkaian 205 yang bisa dikatakan punya nasib sangat baik karena rangkaian ini selamat dari empat peristiwa besar. The lucky trainset!
Satu-satunya rangkaian eks jalur Yamanote yang relatif utuh sampai hari terakhirnya di Jepang

Rangkaian ini adalah bagian dari pengadaan 60 trainset perdana KRL seri 205 yang pada pertengahan dekade 80-an menjadi seri KRL terbaru Japanese National Railway (JNR), Perumka-nya Jepang. Saat itu, jalur Yamanote masih menggunakan KRL seri 103 yang sudah mulai uzur. Lahirnya seri 205 sendiri juga terjadi dalam masa-masa transisi: saat itu JNR (dan East Japan Railway Company / JR East) sedang mempertimbangkan lebih lanjut mengenai sistem propulsi yang akan dipakai, apakah tetap dengan Chopper Control atau mencoba menggunakan Variable Voltage Variable Frequency (VVVF) yang masih terhitung edgy (eksperimental) pada saat itu. Hanya saja, niat JNR belum berhasil dan KRL ikonik yang mencapai asa ini baru akan terwujud saat seri sesudahnya, 209 dikembangkan. Karena keterbatasan budget JNR saat itu, seri 205 akhirnya diproduksi dengan kontrol rheostatik yang sudah dikembangkan sehingga memiliki performa dan konsumsi listrik mendekati chopper control yang sesungguhnya.

Dari 60 trainset yang dioperasikan di jalur Yamanote pada tahun 1985 sampai 1988, rangkaian 205-54F (dengan kode YaTe 54) mulai berdinas pada 28 Maret 1988 dan dilahirkan dari los pabrik Tokyu Car Corporation, satu tahun setelah JNR diprivatisasi.

Kiprah 205-54F mulai dimeriahkan saat JR East memulai program penambahan kereta dengan enam pintu penumpang di tiap sisinya (6-doors car), sebuah inovasi baru JR East kala itu untuk menampung banyaknya penumpang di jalur Yamanote yang terus meningkat dari hari ke hari. Menjelang akhir tahun 1991, ditambahkanlah 1 unit kereta gandengan (trailer) bernomor SaHa 204-37 buatan Kinki Sharyo dan rangkaian ini pun mulai dioperasikan dengan formasi unik, 11 kereta sejak 28 November 1991.

Setelah cukup lama melayani masyarakat di jalur Yamanote, sang penerus KRL seri 205 pun lahir. Tidak lain tidak bukan: KRL seri E231. Bersamaan dengan masuknya seri E231 di Yamanote, ia pun merelakan dirinya bersama 59 trainset lainnya untuk ditebar di berbagai lintas lain pada bulan Agustus 2004. Tetapi lebih baik dari teman-temannya yang diacak dan dicerai-berai saat proses pemindahan, trainset ini dipindah secara utuh ke jalur Saikyo terkecuali kereta 6-doors nya yang dilepas.

Dalam hidup barunya di jalur Saikyo, rangkaian ini bersama lima saudaranya yang lain (HaE 26 sampai 30) memiliki keunikan yaitu tidak memiliki kereta 6-doors. Kedudukan dua buah kereta trailer (SaHa 205) nomor SaHa 205-108 di urutan kereta 4 dan SaHa 205-107 di urutan kereta 7 dalam rangkaian pun tak tergantikan sampai pada bulan Januari 2008, dua unit kereta trailer ini harus dilepas dan digantikan dengan unit serupa, menyusul giliran perucatan yang diterimanya. Posisi kereta 4 digantikan SaHa 205-147, dan posisi kereta 7 diisi oleh SaHa 205-146.


Lagi-lagi rangkaian ini mengalami nasib baik. Saat PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mengumumkan akan mendatangkan 180 unit KRL seri 205 dari JR East ke Indonesia di tahun 2013-2014, rangkaian 205-54F ini ikut di dalamnya dan bersama “saudaranya” sesama alumni jalur Yamanote dan tanpa 6-doors car, 205-42F, ikut didatangkan saat pengadaan kelompok pertama KRL seri 205, dengan formasi 10 kereta dari jalur Saikyo, walaupun diberangkatkan pada jadwal pengiriman yang tiba paling akhir di Jakarta. Selamat datang third life!
Bersambung ke halaman berikutnya